Warta Kota/Nur Ichsan
Ilustrasi:
Pekerja sedang melakukan bongkar muat gas elpiji melon 3 kilogram di
sebuah pangkalan di Jalan Tubagus Angke, Rt 08/10, Kelurahan Angke,
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Jumat (3/1). Sejak adanya kenaikan dan
kelangkaan gas elpiji 12 kilogram non subsidi, kini kebanyakan
penggunanya beralih menggunakan gas melon, sehingga gas milik rakyat
kalangan bawah ini permintaannya meningkat dan terancam langka di
pasaran. (warta kota/nur ichsan)
BANGKO, fajarbangsa.co.id – Kelangkaan Gas elpiji 3 Kg dan tingginya harga di Kabupaten Merangin masih terjadi. Bahkan untuk mendapatkannya, warga harus membawa KTP ke pangkalan.
Persoalan tersebut dikeluhkan oleh warga setempat. Seperti yang
disampaikan Herawani (40) ibu rumah tangga (IRT) yang tinggal di
kelurahan Pematang Kandis Kota Bangko.
Dia mengatakan, harga gas elpiji 3 kg di Merangin dijual diatas HET. Semestinya harga normal Rp 16 ribu, namun banyak agen menjual dengan harga Rp 18 ribu per tabung.
Meski mahal sebutnya, warga tetap membelinya. Sebab gas tersebut sudah menjadi kebutuhan pokok warga.
“Tetap beli walau mahal. Untuk beli itu juga harus rebutan. Yang beli
banyak, sementara barangnyo cuma sedikit,” ujarnya, Rabu (5/4).
Sementara itu pantauan di agen SPBU Pematang Kandis, pasokan gas 3 kg
hanya sedikit. Sementara permintaan sangat banyak sehingga dalam waktu
singkat langsung habis.
Petugas menjual dengan selektif. Dimana pembeli harus membawa copy
KTP. Anggota PNS, TNI, dan polri tidak diberi kesempatan membelinya.
Kepala Dinas Koperindag Merangin, Junaidi mengatakan, HET gas 3 Kg masih tetap Rp 16 ribu. Usulan kenaikan menjadi Rp 18 ribu belum disetujui Gubernur Jambi.
Junaidi juga mengaku, sudah mendapat laporan tentang penjualan gas 3
kg di atas HET. Tindakan yang diambil adalah nenyurati pihak agen dan
pangkalan nakal tersebut.
Sumber "Tribun"
Sumber "Tribun"
No comments:
Write comments