
Kebangkrutan Sritex dan Kesetiaan Karyawan Sampai Titik Akhir
Fajarbangsa- Sukoharjo, 1 Maret 2025** - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang dikenal sebagai salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, resmi dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang pada 21 Oktober 2024. Kebangkrutan ini bukan hanya berdampak pada industri tekstil nasional, tetapi juga mengisahkan perjuangan dan kesetiaan ribuan karyawan yang setia hingga hari terakhir operasional perusahaan.
Penyebab Kebangkrutan Sritex. Sejak tahun 2021, Sritex mengalami kerugian berturut-turut akibat berbagai faktor eksternal dan internal. Salah satu penyebab utama adalah **badai produk impor** yang membanjiri pasar lokal. Produk-produk tekstil impor yang lebih murah dan kompetitif membuat Sritex kesulitan bersaing di pasar domestik. Selain itu, meningkatnya biaya produksi dan beban utang yang mencapai 1,597 miliar dollar AS semakin memperburuk kondisi keuangan Sritex.
SelainSelain itu, tekanan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan perpajakan dan regulasi juga turut berkontribusi terhadap kesulitan yang dihadapi Sritex. Kebijakan perpajakan yang ketat dan perubahan regulasi yang sering kali tidak menguntungkan industri tekstil membuat Sritex semakin terpuruk. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai paket insentif ekonomi, dampaknya belum cukup signifikan untuk menyelamatkan perusahaan ini.
Kesetiaan Karyawan Hingga Titik Akhir. Pada 28 Februari 2025, sekitar 8.000 karyawan Sritex berkumpul di pabrik untuk menghadiri acara perpisahan yang penuh haru. Mereka mencoba mengubah suasana perpisahan menjadi perayaan kelulusan dengan meneriakkan kata "lulus" dan mencorat-coret seragam kerja sebagai kenang-kenangan. Meskipun berat, mereka berusaha tetap tegar dan optimis menghadapi masa depan.
Kisah kesetiaan karyawan Sritex tidak berhenti di sana. Beberapa dari mereka bahkan berinisiatif mengadakan acara solidaritas dan dukungan bersama untuk saling menguatkan di masa-masa sulit ini. Mereka saling berbagi pengalaman, tips mencari pekerjaan baru, dan semangat untuk terus berjuang.
Dampak Kebangkrutan Sritex terhadap Perekonomian Sukoharjo. Penutupan Sritex tidak hanya berdampak pada karyawan, tetapi juga pada perekonomian Sukoharjo dan sekitarnya. Banyak usaha kecil yang bergantung pada Sritex sebagai pelanggan utama mereka harus menghadapi penurunan pendapatan. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak negatif ini dan membantu masyarakat yang terdampak.
Harapan dan Masa Depan. Meskipun situasi ini sangat sulit, karyawan Sritex tetap optimis dan berusaha bangkit. Dengan dukungan pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat, diharapkan mereka dapat menemukan peluang baru dan mengatasi tantangan ini dengan semangat yang sama seperti yang mereka tunjukkan selama bekerja di Sritex. (Red)